Selasa, 21 Juni 2011

Syarat-syarat bersuci

Selasa, 21 Juni 2011

(Pasal)
Syarat-syarat bersuci :
1. Islam.
2. Tamyiz (mencapai umur sekiranya bila ditanya dapat menjawab dengan benar seperti ditanya ada berapa kali shalat fardlu dalam sehari, berapa kali kita puasa dalam setahun dan lain-lain).
3. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota tubuh yang dibasuh.
4. Mengalir airnya (ke anggota tubuh yang dibasuh)
5. Air yang digunakan harus suci dan mensucikan, yaitu air yang tidak tercabut namanya (dari status air mutlak) disebabkan tercampur dengan benda suci lain yang semestinya dapat dihindarkan
darinya seperti : susu, tinta, dan yang serupa dengan keduanya. Kalau air yang tercampur itu
berubah sehingga tidak lagi disebut air mutlak (dengan adanya keterangan khusus di bagian
belakang seperti air susu misalnya) maka tidak sah untuk bersuci. Adapun jika air berubah karena
sesuatu yang tidak memungkinkan (sulit) untuk dihindarkan darinya seperti berubahnya air karena
sesuatu yang ada di tempat air tersebut atau tempat mengalirnya atau yang semacamnya yang
sulit menjauhkan air tersebut darinya maka tidak apa-apa (boleh digunakan) dan air tersebut tetap
suci. Disyaratkan juga air yang digunakan untuk bersuci tidak berubah disebabkan najis walaupun
perubahannya hanya sedikit. Jika kadar (volume) air tersebut kurang dari dua qullah, maka
disyaratkan tidak terkena najis yang tidak dimaafkan, dan syarat kedua air tersebut tidak musta’mal (telah digunakan) untuk mengangkat hadats atau menghilangkan najis.
Orang yang tidak mendapatkan air atau membahayakan dirinya jika menggunakannya maka
dia bisa bertayammum, dengan syarat:
- (bertayammumnya) setelah masuk waktu sholat
- Hilangnya najis yang tidak dimaafkan
- Tayammum dilakukan dengan tanah yang murni (tidak bercampur dengan abu misalnya) dan suci
mensucikan yang diusapkan pada muka dan kedua tangan secara berurutan dengan melakukan dua
tepukan (ke tanah) dengan niat supaya diperbolehkan melaksanakan fardhu shalat. Niat ini
dilakukan bersamaan dengan memindahkan tanah dan ketika pertama kali mengusap wajah.

0 komentar

Senin, 20 Juni 2011

syarat shalat

Senin, 20 Juni 2011

(Pasal)
Di antara syarat shalat yaitu :
Suci dari hadats besar (dengan mandi atau tayammum bagi yang tidak mampu [karena ada ‘udzur] mandi).
Sedangkan yang mewajibkan mandi ada 5 perkara :
1. Keluar mani (sperma)
2. Jima’ (bersetubuh)
3. Haidl
4. Nifas
5. Melahirkan.
Fardlu-fardlu mandi ada 2 :
1. Niat menghilangkan hadats besar atau semisalnya.
2. Meratakan air ke seluruh anggota badan, baik kulit dan rambut (bulu) walaupun lebat.

0 komentar

Sabtu, 18 Juni 2011

ISTINJAK

Sabtu, 18 Juni 2011

Wajib beristinjak dari sesuatu yang keluar melalui qubul dan dubur dalam keadaan basah selain mani (sperma) dengan menggunakan air sampai suci tempat keluarnya atau (kalau tidak menggunakan air) dengan menggosok tiga kali gosokan atau lebih sampai bersih tempat tersebut meskipun masih ada bekasnya dengan menggunakan sesuatu yang bisa mencongkel (kotoran) , suci, padat dan tidak terhormat seperti batu atau daun sekalipun ada air.


 Cara yang kedua ini bisa dipakai kalau memang kotoran yang keluar tidak berpindah dan belum kering. Jika kotoran berpindah dari tempatnya atau sudah kering maka wajib menggunakan air untuk beristinjak (tidak bisa lagi menggunakan batu atau semacamnya).

0 komentar

Minggu, 12 Juni 2011

Hal-hal yang membatalkan wudlu

Minggu, 12 Juni 2011

(Pasal)


Hal-hal yang membatalkan wudlu :
1. Sesuatu yang keluar melalui qubul dan dubur selain mani (sperma).


2. Menyentuh qubul manusia atau lubang dubur dengan telapak tangan tanpa kain (penghalang).



3. Menyentuh kulit wanita lain (wanita yang boleh dinikahi)


4. Hilang akal, tidak termasuk tidur dalam keadaan
duduk yang tetap di tempatnya









akucintanabi.blogspot.com , http://akucintanabi.blogspot.com , 

0 komentar

Rukun (fardu) Wudlu

(Pasal)
Di antara syarat-syarat shalat adalah wudlu.

Rukun-rukun wudlu ada 6:


1. Niat bersuci untuk shalat atau selain shalat -dari niat-niat yang mencukupi- ketika membasuh muka (dalam madzhab Syafi'i niat ini diucapkan bersamaan dengan saat membasuh muka tersebut, sementara dalam madzhab Malik niat tersebut dapat mencukupi walau diucapkan sesaat sebelum membasuh muka).


2. Membasuh seluruh wajah, dari tempat tumbuh rambut (bagian atas) hingga ke dagu dan dari anak telinga (kanan) nya hingga ke anak telinga (kiri) nya, baik kulit maupun rambutnya (yang
ada pada wajahnya), dan tidak (wajib) membasuh bagian dalam jenggot dan jambang yang lebat
(sampai tidak terlihat kulitnya).


3. Membasuh kedua tangan beserta kedua sikunya dan segala apa yang ada di atas keduanya.
4. Mengusap kepala atau sebagiannya sekalipun satu rambut yang berada di bagian kepalanya.


5. Membasuh dua kaki dan mata kakinya atau mengusap khuffi apabila telah sempurna syarat -syaratnya.


6. Mengerjakannya dengan susunan di atas (Tertib)














akucintanabi.blogspot.com , http://akucintanabi.blogspot.com , 

0 komentar

Kewajiban Orang tua (Wali) untuk memerintahkan shalat Kepada Anak

(Pasal)







Wajib atas seorang wali (orang tua) anak, baik anak laki-laki maupun perempuan yang telah mumayyiz, memerintah keduanya untuk shalat, mengajari keduanya tentang hukum-hukum shalat tersebut setelah si anak berumur tujuh tahun dan memukul keduanya bila meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun, begitu juga puasa apabila keduanya mampu melakukannya. Juga wajib atas wali tersebut mengajari keduanya tentang aqidah, hukumhukum; hal ini wajib... hal itu haram..., disyari'atkannya bersiwak dan berjama'ah. Wajib bagi penguasa (khalifah) untuk membunuh orang yang meninggalkan shalat karena malas, jika ia tidak
bertaubat. Namun hukumnya ia tetap seorang muslim. Kemudian juga wajib atas setiap muslim
menyuruh keluarganya untuk shalat, juga menyuruh setiap orang yang ia kuasa untuk menyuruh mereka
(selain keluarganya).

0 komentar

Waktu - Waktu Shalat Fardlu (wajib)

Bab II
BERSUCI (THAHARAH) DAN SHALAT



(Pasal)
Di antara kewajiban (terhadap mukallaf) adalah shalat lima waktu dalam sehari semalam:


1. Zhuhur: waktunya apabila matahari telah tergelincir --ke arah barat-- hingga bayangan segala sesuatu menjadi sama --panjang-- dengan
bendanya, selain bayangan istiwa'    (14).




2. 'Ashar: waktunya dari setelah habis waktu zhuhur hingga terbenamnya matahari.




3. Maghrib: waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya mega merah.




4. 'Isya': waktunya dari setelah waktu maghrib hingga terbit fajar shadiq.




5. Shubuh: waktunya dari setelah waktu isya’ hingga matahari terbit.



(14) Bayangan istiwa’ adalah bayangan suatu benda ketika matahari
berada tepat di tengah langit. Bayangan ini adalah bayangan yang
terpendek dari benda tersebut.







Wajib atas setiap orang muslim yang telah baligh, berakal dan suci (dari haid dan nifas) untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban ini pada waktunya. Dan diharamkan untuk mendahulukannya atas waktunya (melakukannya sebelum masuk waktu) dan mengakhirkannya dari waktunya dengan tanpa udzur. Apabila datang penghalang shalat seperti haid setelah berlalu masa (waktu shalat) yang memungkinkannya mengerjakan shalat dalam -- jenjang masa tersebut, dan dengan ditambah masa untuk bersuci bagi yang memiliki semisal penyakit salas (keluar air kencing terus menerus), maka orang tersebut harus mengqadla shalatnya itu. Atau apabila penghalang shalat (haid, pingsan dan lainnya) telah hilang, dan tersisa masa --antara waktu di mana ia berada dengan waktu shalat berikutnya-- dengan seukuran bacaan takbir ( الله أكبر ) sekali maka iapun wajib mengqadla shalat --yang ada pada waktu
hilangnya penghalang-- itu, begitu pula wajib mengerjakan shalat sebelumnya jika bisa dijama'
dengan shalat tersebut. Seperti apabila penghalang tersebut berhenti pada akhir waktu shalat 'ashr sebelum terbenamnya matahari dengan seukuran
cukup mengucapkan takbir, maka ia wajib mengerjakan 'ashr dan zhuhur. Juga wajib shalat 'isya
dan magrib jika penghalang tersebut berhenti sebelum terbitnya fajar dengan seukuran ucapan takbir








akucintanabi.blogspot.com , http://akucintanabi.blogspot.com , 

0 komentar

Jumat, 10 Juni 2011

Kewajiban Seorang Mukallaf

Jumat, 10 Juni 2011
(Pasal)

Wajib atas setiap orang mukallaf melaksanakan seluruh apa yang diwajibkan Allah atasnya. Ia wajib melaksanakannya sesuai perintah Allah dengan mengerjakan segala rukun-rukun dan syarat-syaratnya serta menjauhi segala hal yang membatalkannya. Dan wajib atasnya bila melihat seseorang meninggalkan sesuatu di antara kewajiban tersebut untuk memerintahnya agar melaksanakannya sesuai aturannya; mengerjakan segala syarat dan rukunnya. Wajib atasnya untuk memaksa orang tersebut melakukan --sesuai tuntutannya-- ini jika ia mampu memaksanya, dan bila tidak mampu memaksa dan memerintahnya maka ia wajib menginkarinya dalam hatinya, dan ini adalah batas minimal yang seharusnya dilakukan seseorang dalam keadaan tidak mampu. Dan diwajibkan atas seseorang untuk meninggalkan segala hal yang haram dan mencegah pelakunya secara paksa dari keharaman tersebut jika ia mampu memaksanya, atau apabila tidak mampu maka wajib atas dia mengingkarinya dalam hatinya. Haram menurut syara' adalah sesuatu yang diancam oleh Allah bagi pelakunya dengan siksa dan dijanjikan bagi yang meninggalkannya (dengan niat mendapatkan ridla Allah) pahala. Kebalikan dari haram adalah wajib.

0 komentar

Kewajiban Orang yang jatuh dalam kekufuran Untuk kembali Kepada Islam

(Pasal)
Wajib atas orang yang jatuh dalam kekufuran (riddah) untuk kembali seketika itu juga kepada Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan melepaskan diri dari apa yang menjadikannya jatuh dalam kekufuran tersebut. Dan wajib bagi dia untuk menyesal atas apa yang telah ia perbuat tersebut dan bertekad untuk tidak kembali kepada kekufuran semacam itu. Bila orang ini tidak mau kembali kepada Islam dari kekufurannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat maka wajib diperintahkan untuk bertobat (dengan kembali masuk Islam) dan tidak diterima darinya kecuali Islam, atau ia dibunuh yang
akan dilaksanakan oleh khalifah, setelah ditawarkan kembali kepadanya untuk masuk Islam. Dalam hal ini (pelaksanaan hukum bunuh) khalifah bertindak berdasarkan (kesaksian) dua orang saksi yang adil atau pengakuan orang kafir tersebut atas kekufurannya. Hal ini (hukuman bunuh bagi orang yang murtad) berdasarkan hadits al Bukhari:


 من بدل دينه فاقتلوه 


(Barang siapa yang merubah agamanya (keluar dari Islam) maka bunuhlah ia.)




Kekufuran (riddah) ini membatalkan puasa seseorang, tayammumnya, nikahnya (baik sebelum ia menggauli istrinya atau setelah menggaulinya jika dalam masa 'iddahnya ia (murtad) masih tidak kembali kepada Islam), tidak sah akad nikahnya atas seorang perempuan muslimah atau lainnya. Karena riddah juga, binatang sembelihan seseorang menjadi haram dimakan, ia juga tidak mendapat harta warisan (dari kerabatnya yang meninggal), tidak juga mewariskan hartanya, tidak dishalatkan, tidak dimandikan, tidak dikafani, tidak boleh dikuburkan di pemakaman orang-orang Islam dan hartanya adalah faei' (dilimpahkan ke bait maal).

0 komentar

Rabu, 08 Juni 2011

RENUNGAN

Rabu, 08 Juni 2011
Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani
1. Berilah pendidikan yang baik kepada orang yang kamu kuasai urusannya dan pendidikannya,
dan orang yang wajib kamu perhatikan. Sabda Nabi : ³Janganlah kamu angkat tongkatmu
kepada keluargamu, melainkan takut-takutilah mereka kepada Allah. ´
2.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbicara yang baik
atau diam.”
(Alhadits)
Janganlah kamu berbicara berlebih-lebihan karena bahayanya banyak bicara adalah
kedustaan. Orang yang banyak bicaranya itu banyak pula dustanya.
3. Wahai hamba Allah, hormatilah orang yang mencintaimu serta balaslah kecintaannya dengan
mencintainya pu la. Janganlah kamu marah bukan karena Allah dan janganlah kamu
memerintahkan orang untuk melakukan kebaikan kecuali kamu sendiri mulai melakukannya.
Janganlah kamu melarang orang dari melakukan keburukan sebelum kamu sendiri mulai
meninggalkannya.
4. Wahai hamba Allah, sambunglah o rang yang memutuskan hubungan denganmu, maafkanlah
or ang yang manganiaya dirimu, dan berilah o rang yang tidak per nah member i sesuatu
kepadamu.
5. Janganlah kamu melanggar apa yang kamu larang. Apabila kamu berkata hendaklah yang
ringkas, jangan ngelantur.
6. Janganlah kamu melakukan perbuatan rahasia, yang tid ak baik jika kamu lakukan secara
terang-terangan. Jagalah dirimu dar i segala sesuatu yang dapat men imbulkan dugaan yang
tidak baik mengenai agamamu dan duniamu.
7. Persedikitlah permintaanmu kepada orang lain, karena hal itu merupakan suatu kehinaan
pada dirimu.
8. Wahai hamba Allah, jauhkanlah dirimu dari orang yang kotor mulut, janganlah kamu duduk
dengan orang-orang yang lemah akhlaknya. Dari Ibnu Mas ¶
ud : ³Nilailah manusia itu dengan
teman-temannya, karena seseorang itu hanya berteman dengan orang yang seperti dirinya. ´
9. Tolonglah orang yang teraniaya dan belalah dia semampumu serta cegahlah tangan orang
zalim agar tidak melakukan kezaliman. Sabda Nabi : ³Bar angsiapa berjalan dengan orang
yang teraniaya sehingga ia dapat menetapkan hak nya, maka Allah akan mengukuhkan
kakinya pada hari tergelincirnya kaki-kaki manusia (hari kiamat). ´
Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani, Halaman 28




10. ³Sesungguhny yang aku takutkan kepadamu ada dua macam : mengikuti hawa nafsu dan
panjang angan-angan. ´ (Alhadits)
Ingatlah bahwa menuruti hawa nafsu itu akan menghalangi orang melakukan kebenaran, dan
panjang angan-angan itu menjadikan orang lupa akherat dan lupa Allah Azza wa Jalla.
11. Wahai hamba Allah, ter imalah per mintaan maaf orang yang meminta maaf kepadamu, dan
tariklah apa yang kamu benci. Sabda Nabi : ³Barangsiapa meminta maaf kepada saudaranya
sesama muslim, lantas dia (yang dimintai maaf) tidak menerimanya, maka dia berdosa
sebagai orang yang berbuat jahat. ´
12. Kasihanilah orang lain niscaya Allah mengasihani kamu. Jika kamu tidak mengasihi orang
lain, maka Allah pun tidak akan mengasih imu.
13. Hendaklah kamu suka mentaati Allah niscaya Allah akan mencintaimu dan menjad ikan
mahluk-Nya cinta kepadamu.
14. Wahai hamba Allah, apabila kamu bersumpah untuk melakukan sesuatu yang bukan
merupakan ketaatan kepada Allah, maka janganlah kamu melaksanakannya, dan bayar lah
kafarat untuknya.
15. Berterima kasihlah kepada orang lain atas kebaikan mereka kepadamu, dan balaslah
kebaikannya itu jika kamu mampu.
16. Janganlah kamu bertengkar dengan seseorang sekalipun kamu benar. Jika kamu hendak
melakukan sesuatu dari urusan dunia, maka pikirkanlah akibatnya.
17. Wahai hamba Allah, janganlah kamu merasa suka jika seseorang ditimpa sesuatu yang kamu
sendiri tidak suka mengalaminya.
18. Sabda Nabi : ³Tiadalah Allah memberi suatu nikmat kepada seseorang lalu ia mengucapkan
alhamdulillah, melainkan sikap dan ucapan yang demikian itu lebih besar daripada nikmat itu
sendiri, meski sebesar apapun nikmat itu. ´
19. Jika kamu ingin melakukan sesuatu yang merupakan ketaatan kepada Allah, maka janganlah
kamu menunda-nunda jika kamu dapat melakukannya segera, karena dirimu sendiri tidak
dijamin aman dari peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi. Jika kamu punya keinginan lain
yang bukan merupakan ketaatan kepada Allah, jika kamu dapat untuk tidak
melaksanakannya, maka janganlah kamu laksanakan. Semoga Allah memberikan kesibukan
lain untuk mu sehingga kamu meninggalkannya.
Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani, Halaman 29




20. Janganlah kamu menyebut-nyebut kebaikan yang pernah kamu berikan kepada seseorang,
karena yang demikian itu dapat menghilangkan pahalamu.
Jika ada orang yang berbuat kebaikan kepadamu sedang kamu tidak dapat membalasnya,
maka pujilah dia dan sebut-sebutlah.
21. Kalau kamu telah bersumpah untuk melakukan sesuatu sedangkan orangtuamu atau salah
satunya bersu mpah agar kamu melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang kamu
kehendaki, maka taatilah kedua orang tuamu asalkan perintah mereka itu bukan maksiat.
22. Jadilah kamu seakan-akan malaikat pencabut nyawa telah mencabut nyawamu, seakan-akan
bumi menelanmu, seakan-akan gelombang dahsyat menyedotmu kedalam lautan dan
meneggelamkanmu. Barangsiapa telah sampai pada kondisi ini niscaya hukum sebab akibat
tidak berpengaruh lagi bagimu. Karena, keberadaan itu hanyalah menurut pandangan lahiriah
saja, bukan menurut alam batin.
23. Wahai manusia jahil, kamu ingin mengu bah dan mengganti kehendak-Nya, apakah kamu
mengaku menjadi tuhan kedua setelah Allah Azza wa Jalla, dimana kamu memaksa Dia agar
menyesuaikan suatu hal menjadi kebalikannya.
24. Orang-orang yang ber iman itu tetap bertahan dar i cobaan dan u jian Allah, bahkan co baan
dan ujian tersebut malah mengantarkan dir inya ke puncak kebaikan, baik didunia maupun di
akher at. Dalam menghadapi cobaan dan ujian tersebut adalah menerima dan sabar dalam
menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan pada selain Allah,
bahkan saat itu dia lebih g iat dan lebih sibuk bersama Allah Azza wa Jalla.
25. Siapa yang tidak berbudi dengan pendidikan syariat, niscaya dia akan dididik dengan api
neraka dihari kiamat nanti.
26. Wahai hamba Allah, bertobatlah kamu. Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah Azza wa Jalla
menguji kamu dengan suatu ujian itu agar kamu bertobat kepada-Nya, tetapi kamu tidak
memikirk an untuk melepas maksiat terhadap-Nya ?
27. Wahai hamba Allah, manusia telah disediakan celaan dan pujian seperti musim panas dan
musim dingin, atau seperti siang dan malam. Keduanya sama-sama tidak lepas dari
pengawasan Allah. Oleh karena itu tidak seorangpun yang mampu mendatangkan celaan dan
pujian atau salah satunya, kecuali dengan izin Allah. Apabila hal tersebut telah jelas bagimu,
maka kamu tidak perlu bangga dengan pujian dan tidak cemas dengan adanya celaan.
28. Wahai manusia, celaka benar kamu yang meng iku ti perbuatan ahli neraka tetapi
mengharapkan surga. Ini menunjukkan kerakusanmu yang tidak pada tempatnya, kar ena
kamu tidak berhak memperoleh apa yang kamu harapkan itu dikarenakan jalan yang kamu
tempuh adalah menyimpang jauh. Janganlah kamu terperdaya oleh kenikmatan dunia yang
Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani, Halaman 30




kamu sangka kamu peroleh. Padahal dalam waktu dekat hal itu akan tercabut darimu. Allah
akan merendahkan kehidupanmu sehingga kamu tunduk dan patuh kepada-Nya.
29. Wahai hamba Allah, jadilah kamu orang yang benar, tentu kamu akan baik. Jadilah kamu
pembenar dalam hukum tentu kamu baik dalam keilmuan. Jadilah kamu baik dalam perasaan
tentu kamu baik dalam kenyataan. Setiap keselamatan yang ada dalam ketundukan kepada
Allah adalah sebagai perwujudan dari melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya serta sabar atas ketentuan-Nya. Barangsiapa menuruti Allah tentu Allah
mengabulkan permohonan nya dan doanya, dan siapa yang tunduk kepada Allah tentu orang
lain akan tunduk kepadanya.
30. Wahai hamba Allah, tunduklah kamu kepada-Nya untuk mencari ridlo-Nya. Jagalah sesuatu
yang diberikan dan yang menyebabkan siksa. Taat kepada Allah adalah melaksanakan segala
per intah dan meng hentikan segala yang dilar ang serta bersabar atas ketentuan-Nya.
Bertobatlah kamu, menangislah dihadapan-Nya, rendahkanlah dirimu dengan derai airmata
sepenu h hati. Menang is karena takut kepada-Nya itu suatu ibadah dan mata yang menangis
karena takut Allah itu tidak akan tersentuh oleh panasnya api neraka diakherat nanti, maka
menangislah kamu karena menangis itu membawa manfaat bagimu.
Wahai hamba Allah, mengapa kamu menuhankan dirimu, berita apa yang kamu terima
sampai kamu sombong kepada Allah Azza wa Jalla. Mengapa kamu berkehendak selain yang
Dia kehendaki, bahkan kamu cinta musuh-musuh-Nya, setan yang terkutuk. Mengapa jika
keputusan Tuhan telah tiba kamu berontak tidak sabar, bahkan kamu lari dan mencabut apa
yang menjadi kehendak-Nya.
31. Sabda Nabi
: “Apabila seorang hamba malas dalam beramal, niscaya Allah Azza wa Jalla
mengujinya dengan rasa duka cita.”
(Alhadits)
Siapapun yang malas beramal, maka akan memperoleh cobaan dari Allah berupa duka cita,
kego ncangan, dan kesusahan. Ujian itu mungkin berup a surutnya rezek i sehingga hatinya
ragu dan susah, dan ujian duka cita itu menetap dalam hatinya sehingga apapun yang
dihadapinya selalu dihantui oleh perasaan susah dan goncang, hatinya tidak tenang,
perasaannya selalu pesimis dan selalu dihantui perasaan kurang, kurang baik, kurang banyak,
kurang cantik, kurang sempurna, dimana perasaan goncang seper ti itu karena malas beramal
dan sedikitnya melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
32. Sabda Nabi
: “Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia tertipu. Dan barangsiapa hari
kemarennya lebih baik daripada hari ini berarti ia tertutup dari rahmat.”
(Alhadits)
33. Tobat itu landasan iman, penekunannya terletak dalam berdzikir dan taat kepada-Nya. Jika
ditekuni niscaya dzikir itu menjad i obat jiwa. Bertobatlah dengan lisan iman, niscaya
membawa keberuntu ngan. Jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang ujian Allah.
34. Bertobatlah kepada Allah, janganlah kamu beramal baik kecuali untuk-Nya, jangan kamu
tujukan kepada dunia atau kepada akherat. Jadilah kamu seperti orang yang berhasrat
kepada-Nya semata, berikan hak ketuhanan-Nya. Dia harus kamu sembah. Janganlah kamu






beramal untuk mencari pujian, rezekimu itu tidak bertambah atau berkurang, karena sesuatu
yang telah diputuskan untukmu itu pasti datang, baik yang berupa kebaikan atau keburukan.
Persempitlah kerakusanmu dan jadikanlah kematian sebagai titik pandangmu agar kamu
tidak terlalu menyimpang jauh dari kebenaran.
35. Wahai hamba Allah, sibukkanlah dirimu untuk membantu orang-orang yang terjepit, orang-
orang yang teraniyaya. Ber ikanlah waktumu kepada o rang-orang fakir misk in yang
terpedaya, karena jika waktumu tersita untuk menolong hamba-hamba Allah, adalah sama
halnya kamu meno long Allah Azza wa Jalla.
36. Tinggalkanlah berbesar diri dihadapan Allah atau terhadap sesamamu, karena perbuatan itu
termasuk diantara sifat orang sombong yang muka mereka akan diasah oleh Allah dengan api
jahanam. Termasuk orang so mbo ng pula jika kamu marah kepada-Nya. Seperti halnya jika
kamu mendengar suara adzan tetapi tidak menjawabnya, tidak bersegera mengerjakan sholat
maka berarti kamu telah ber laku so mbo ng kepada Allah. Dan bila manusia berbu at aniaya
terhadap sesamanya berarti ia telah berbuat sombong dihadapan-Nya.
37. Janganlah kamu menganggap dirimu lebih berharga, lebih mulia, lebih terhormat, lebih kuat,
lebih gagah, dan lebih pandai dar ipada orang lain. Karena, sifat demikian adalah
keso mbo ngan dimana karena mempunyai sifat ser ba merasa lebih in ilah ak hirnya meno lak
kebenaran dan merendahkan o rang lain.
³Sombong itu menolak kebenaran dan menghinakan orang lain. ´ (Alhadits, Muslim)
38. Dilihat dari sasarannya, ada 3 macam sombong




Sombong kepada Allah, dalam arti tidak memperhatikan sama sekali ancaman-ancaman
Allah, syariat Allah dianggap suatu hal yang remeh, dan tidak mau mengamalkannya.
Kalau manusia sudah bersifat seperti itu, maka tidak tertutup kemungkinan timbul dalam
jiwanya sifat jahat, tidak peduli lagi terhadap aturan-aturan yang berlaku.




Sombong kepada Rasulullah saw, yaitu tidak mengindahkan sama sekali aturan-aturan
Rasulullah saw, bahkan Rasulullah saw dianggap sebagaimana manusia biasa yang tak
perlu diperhatikan ucapannya. Dan hadits-hadits Rasulullah saw dianggapnya seperti
omo ngan manusia yang tidak mengandung hikmah dan pelajaran bag i manusia. Ia lebih
mementingkan pikirannya daripada ucapan Rasulullah saw.




Sombong terhadap sesama manusia, yaitu o rang lain dian ggap hina dan rendah, tidak
per lu dihormati, dan bila perlu manusia harus menghormat kepadanya. Akhirnya timbul
rasa bangga terhadap d irinya sendir i, ingin dihor mati, ingin dip erhatikan, dan lain-lain
sifat ter cela tumbuh dalam jiwanya. Orang yang sombo ng tidak pantas bag i dir inya
kecuali memperoleh siksa neraka.




39. Wahai hamba Allah, car ilah kedudukan d isisi Allah, impikanlah, dan jadikanlah
kecenderunganmu untuk-Nya, tinggalkanlah mencari dunia karena hal itu tidak akan
memberi kepuasan, karena selain Allah tidak akan pernah memuaskanmu. Oleh karena itu
rapatkan dirimu dengan-Nya, karena dengan cara itulah kamu akan mampu memuaskan
hatimu, dan jika berhasil tentu bisa mencapai kecuk upan dunia akherat. Butuhkan dirimu
hanya kep ada-Nya, car ilah Dia yang mencintaimu, cintailah Dia yang mencintaimu, dan
sibukkan dirimu bersama-Nya agar kamu ter masuk orang-o rang yang selalu mencintai-Nya
dan d icintai-Nya.

0 komentar

TAUHID



1.“Barangsiapa dibukakan pintu kebajikan baginya, maka hendaklah dia mencapai peluang
itu, karena tidak diketahui kapan pintu itu ditutup baginya”.
(Alhadits)
Wahai manusia, capailah dan pelihar alah pintu hidu p selagi masih terbuka. Mungkin dalam
waktu dekat ini akan tertutup kembali dengan tercabutnya rohmu dari kerongkonganmu.
Peliharalah tingkah lakumu yang baik selagi kamu masih mampu melakukannya. Peliharalah
pintu tobat, masuklah ke lorong-lorongnya selagi masih terbuka untukmu. Peliharalah pintu
dosa karena pintu itu selalu terbuka untukmu, dan peliharalah p intu ke temanmu yang baik,
sesungguhnya pintu itu masih terbuka untukmu.
Wahai hamba Allah, bangunlah dirimu dari sesuatu yang menggoncangkanmu, sucikanlah
dirimu dari sesuatu yang mengotorimu, perbaikilah dirimu dari sesuatu yang merusakmu,
jernihkan dirimun dari keruh kotormu, tahanlah dirimu dari kesenangan dunia yang kamu
ambil, kembalilah kepada Tuhanmu yang kamu jadikan tempat pelarianmu.
Wahai hamba Allah, disana tiada apapun kecuali Zat Pencipta Azza wa Jalla. Maka, apabila
kamu telah merasa berada bersama Allah, berarti kamu hamba-Nya. Dan jika kamu merasa
berada bersama mahluk, maka berarti kamu menjad i budak mereka. Bila kamu mengetahui
bahwa pemisahan terhadap Allah Yang Hak itu menjadi pemisah setiap perwujudan yang
kamu yakini, maka sesungguhnya segala sesuatu dari mahluk itu adalah sebagai penghalang
antara dir imu dengan Allah.




2. Kebaikan itu tergantung dari pemberian-Nya, sedang keburukan terletak karena
mengingkari-Nya. Jika kamu berusaha karena Allah semata, maka kamu akan dekat dengan
Allah, dan Allah melihatmu sebagai balasan untukmu.
Wahai hamba Allah, janganlah kamu mencari ganti dalam bentuk hitungan. Carilah pemberi
nikmat kepadamu, janganlah mencari nikmat. Jika kamu mencari nikmat, maka nikmat itu
tidak akan kamu temukan selamanya, sebaliknya jika kamu mencari Pemberi nikmat, maka
itulah suatu kenikmatan.




3. Wahai hamba Allah, selamatkanlah jiwamu dar i dunia dan akher at, dan bebaskanlah jiwamu
dar i selain Allah, niscaya rahmat akan berdatangan dari berbagai arah. Peliharalah Tuhanmu
dar i berbagai penjuru jiwamu, tentu kamu akan selamat dari tipu daya iblis dan hawa nafsu.
Sehingga :
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka”.
(Al-
Quran, al-Hijr : 42)




4. Wahai hamba Allah, dimanakah kamu letakkan rasa penghambaanmu kepada Allah Yang
Hak ? Bawalah kemari rupa penghambaanmu yang benar, dan genggamlah rasa kecukupan
dalam segala urusanmu. Kamu adalah hamba yang lari dari Tuhanmu. Kembalilah kepada-
Nya, serahkanlah jiwa ragamu untuk Dia dan rendahkanlah dir imu dibawah per intah-Nya
tanpa tawaran, terhadap larangan-Nya dengan menghentikan, terhadap ketentuan-Nya
dengan sabar dan mener ima. Bila hal ini telah kamu sempurnak an dalam jiwamu, maka
sempurnalah penghambaanmu, lalu datanglah kecukupan untukmu dari Allah Azza wa Jalla.




5. Wahai hamba Allah, kamu diciptakan oleh Allah bukan untuk membuat kekacauan, bukan
sekedar untuk permainan, bukan sekedar untu k makan, minu m, tidur dan kawin. Ingatlah
bahwa hatimu melangkah menuju Allah satu langkah, maka cinta-Nya melangkah menuju
kamu beberapa langkah.




6. Wahai hamba Allah, apabila kamu bersedia melayani-Nya kamupun akan dilayani-Nya, jika
kamu berhenti Dia pun akan berhenti. Maka layanilah AllahYang Hak, janganlah kamu sibuk
mengur usi harta benda dunia lalu meninggalkan-Nya, atau karena kamu melayani pemimpin
yang tidak bisa membawa mudharat dan manfaat. Mana bisa mereka memberimu ? Apakah
mereka itu mampu memberimu apa yang tidak dibagi untukmu, atau menentukan pembagian
sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah kepada kamu ? Tak ada yang perlu diistimewakan
untuk mereka. Apabila kamu berpendapat bahwa pemberian mereka itu mendahu lui
ketentuan-Nya, maka kafirlah kamu. Bukankah telah diketahui bahwa mereka itu bukan
pemberi, bukan peno lak, bukan pencelaka, bukan yang Qad im, dan bukan Yang Akhir
kecuali han ya Allah Yang Hak. Jika kamu berkata bahwa kamu mengetahu i hal itu, maka
³Bagaimana kamu tahu sedangkan kamu mendahulukan selain Dia ? ´




7. Wahai manusia, barangsiapa yang meninggalk an pintu Allah Yang Hak, tentu menuju pintu
manusia. Barangsiapa yang menyia-nyiakan jalan Allah dan naungan-Nya, tentu tunduk
dijalan mahluk dan berlindung disana. Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah
kebaikannya, tentu pintu- pintu yang menuju mahluk ditutup bagi dirinya, pember ian mereka
diputus untuknya, sehingga semua yang dari mahluk itu tidak berguna bagi dirinya.




8. Wahai hamba Allah, janganlah kamu berputus asa dar i rahmat Allah dan janganlah kamu
selalu mengerjakan perbuatan maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucikan busana
agamamu dari najis dengan air tobat, tetap bersama-Nya dan ikhlas disamping-Nya.
Ketahuilah bahwa semua yang terjadi pada dirimu (yang bukan penyakit yang menimpa
dirimu), semua itu datangnya dari Allah. Karena itu kembalilah kepada Allah dengan
sepenuh hati.




9. Wahai hamba Allah, peliharalah ikhlas dalam beramal, luruskan pandanganmu dan
per hatikan amalmu. Beramallah kamu karena Allah, jangan kar ena nikmat-Nya. Jadilah
kamu seperti orang yang mencari ridlo-Nya semata. Carilah keridlaan-Nya sampai Dia
member imu. Apabila Allah memberimu berarti kenikmatan dunia dan ak herat kamu pero leh.
Di dunia bisa dekat dengan Allah, d iakherat bisa melihat Allah dan mempero leh balasan
sebagaimana yang Dia janjikan. Didunia kamu dapat mengenal-Nya melalui mata hatimu,
sehingga jiwamu tenang, aman, sejuk, tidak susah, dan merasa cukup terhadap ketentuan-
Nya yang ada padamu. Dan diakherat kamu dapat melihat melalui mata kepalamu.
10. Wahai hamba Allah, yang dinamakan takut kepada Allah itu bukanlah takut kepada siksa-
siksa-Nya, tetapi takut kepada Allah adalah merasa bahwa Allah selalu mengawasi segala
perbuatan baik dan buruk, sehingga seseorang tidak berani dan takut melakukan kemaksiatan
lalu tunduk dan patuh terhadap syariat-Nya.




11. Wahai hamba Allah, makanlah dan minumlah dengan makanan dan minu man yang diridlo i
Allah, dan per angilah hawa nafsu mu jangan sampai kamu han yut terbawa oleh kemau an
hawa nafsu. Ketahu ilah bahwa dilangit dan dibumi tiada penguasa selain Allah Azza wa
Jalla. Tiada Tuhan dan tiada penenang kecuali hanya Dia, tiada penentu atau pemutus kecuali
Dia, tiada penguasa atau penakluk kecuali hanya Dia, dan tiada yang perkasa selain Dia.
Maka ketahuilah melalu i mata hatimu dan batinmu bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-
satunya tempat harapanmu, bukan kepada yang lain.




12. Sesungguhnya cobaan itu banyak tetapi penangkalnya hanya satu demikian juga penyakit itu
banyak tetapi penyembuhnya cuma satu, yaitu Allah Ta ¶ala.
Wahai orang yang terkena penyakit jiwa, serahkanlah jiwamu kepada dokter, dan kamu tak
perlu berduka cita atas sesuatu yang dikehendaki padamu karena Allah lebih penyantun
kepadamu daripada dirimu sendiri. Jagalah dirimu dihadapan-Nya dan janganlah kamu
membelakangi-Nya, karena kamu dapat melihat segala kebaikan dunia dan akherat hanya
dari Dia semata.




13. Cinta kepada Allah menurut Imam Al-Ghazali adalah sebagai hasil dari makrifatullah. Oleh
kar ena itu beliau berkata : ³Ketahu ilah bahwa tajalli (memperoleh kenyataan) keagungan
Allah membawa manusia khauf (takut) kepada Allah, tajalli kecantikan dan keindahan Allah
membawa manusia kepada rindu, tajalli sifat Allah membawa manusia kepada cinta, tajalli
Zat Allah membawa manusia kepad a tauhid.


´
14. Sesungguhnya kamu diciptakan hanyalah untuk menyembah Dia, karena itu jangan
memper mainkan. Jalinlah hubungan dengan- Nya, jangan mempersibuk dir i dengan yang
lain, jangan mencintai-Nya merangkap mahluk. Jika kamu mencintai yang lain, cintailah atas
dasar kasih sayang dan kelembutan. Kalau itu yang kamu kehendaki, tidaklah mengap a.
Tetapi jika cintamu ke yang lain berdasar lubuk hati, janganlah kamu lakukan kar ena
termasuk cinta batin, dan yang demikian itu tidak diperbolehkan.




15. Apabila pertolongan itu telah sempurna atasmu, maka datanglah dunia dan akherat menjadi
pelayanmu tanpa paksa. Lintasilah pintu Tuhanmu dan tetaplah disana. Jika kamu tetap diam
tak bergeming dari pintu itu, maka Allah Yang Hak berhubungan dengan jiwamu sehingg a
kamu dapat melihat lintasan- lintasan hawa, nafsu, lintasan hati, dan lintasan iblis. Dik atakan
untuk mu : ³Inilah lintasan yang benar, dan inilah lintasan yang batil ´.
Ketahuilah dari setiap bentuk ini menyimpan tanda yang bisa kamu kenali. Bila kamu telah
sampai pada maqam ini, niscaya lintasan Al-Haq datang padamu, mendidikmu, menetapkan,
mendudukkan, menggerakkan, menempatkan, memerintah, dan menegakkan kamu.
Wahai hamba Allah, janganlah kamu mencar i penambah dan pengurang, karena setiap
kepastian itu telah meliputi setiap individu. Tidak seorangpun diantara kamu kecuali baginya
punya manuskrip dan biografi penghitung.

0 komentar

MUKMIN

Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani tentang MUKMIN



1. Wahai hamba Allah, hendak lah kamu malu kepada Allah dengan malu yang sebenar-
benarnya. Janganlah kamu lalaikan waktumu dengan sia-sia. Kamu disibukkan dengan
urusan mengumpulkan harta, berangan-angan terhadap yang tidak akan kamu temukan dan
membangun sesuatu yang tidak kamu tempati, maka yang demikian itu menjadi penghalang
dir imu dari maqam Tuhanmu.
Duduklah berdiam diri sambil mengingat Allah dalam hati, itu adalah perbuatan orang-orang
arif, perbuatan orang-orang siddiq, yang tempat tinggalnya dalam surga. Maka jadilah kamu
manusia yang ridlo atas ketentuan-Nya dan mendekatkan hati kepada-Nya, bermunajat dan
menyingkap tabir penghalang antara dirimu dengan Allah. Jika demikian, jadilah
persahabatan hati ini dalam kesunyiannya bersama D ia Yang Hak.






2. Wahai hamba Allah, orang muk min itu selalu beramal untuk dunia dan ak heratnya. Beramal
untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan disana. Terimalah du nia
sebagai bekal penumpang, jangan sampai menariknya sesuka hatimu. Orang jahil itu setiap
kehendaknya tertuju pada dunia, sedangkan orang arif setiap geraknya untuk akherat lalu
menuju Tuhan. Apabila kamu ambil kesenangan du nia sampai membumbung mencapai taraf
nafsu sahwat, maka perhatikan sebentar : Siapakah Penguasa yang mampu mencerai-
beraikan segala sesuatu ? Karena hal itu tidak menguntungkan kamu, maka lawanlah
keinginan nafsumu untuk menguasai dunia dan didiklah nafsumu disisi Allah Yang Hak.






3. Orang mukmin hidup didunia ini mencar i bekal untuk akherat, tetapi orang kafir hanya
bersenang-senang d idalamnya. Orang muk min selalu berb ekal, karena mereka berada pada
jalan qonaah, mereka selalu merasa cukup terhadap apa yang telah ada ditangannya, dan
selalu mempermudah lepasnya harta, karena lebih banyak dicurahkan untuk kepentingan
akherat, untuk bekal menghadapi hari kiamat nanti. Apapun usahanya didunia ini
dipersiapkan untuk dirinya, dijadikan bekal untuk dirinya sesuai dengan kemampuannya.
Semua kekayaannya dipersiapkan untuk kehidupan akherat.






4. Wahai hamba Allah, apabila kamu memelihara iman, menyubur kan batangnya, tentu
diper kaya Allah untuk dirimu sendiri dari segala mahluk. Allah meng hias jiwa, hati, dan
batinmu lalu menempatkan kamu pad a p intu-Nya, memperkaya fikirmu dengan ingat, dekat,
dan berjinak bersama-Nya. Ketika itu kamu tidak peduli lagi ter hadap orang yang bersimbah
dunia atau disibukk an oleh keduniaan, juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus
menguasai dunia.




5. Orang beriman itu adalah orang yang belajar sesuatu yang diwajibkan kepadanya, lalu selalu
ber ibadah kepada Allah. Ia mengenal Allah lalu mencintai-Nya, mencari dan melayani-Nya.
Ia juga tahu bahwa bahaya, manfaat, baik atau buruk itu bukan datang dari mahluk, dan
apapun yang menimp a mahluk itu adalah dari Allah Azza wa Jalla. Orang yang menuju
kepada Allah itu lebih tenang daripada orang yang menuju kepada mahluk, sebab mahluk itu
beraneka macam, sedangkan Allah han ya satu. Maka orang yang menghadapi ber bagai
macam masalah, hatinya tidak akan tenteram, dan ketenteraman hati itu tercapai jikan hanya
tertuju kepada Allah semata.




6. Wahai hamba Allah, orang muslim adalah o rang yang selalu bersyukur atas nikmat dan
ketentuan-Nya, mereka selalu mengingat Allah melalui lisan lalu mengalir ke hati. Jika
mereka tertimpa penyakit, tampak diwajah mereka tersungging senyuman. Bagi mereka
dunia tidak lebih bagai bangkai, tidak berdaya, pesakit, fakir, dan sorga maupun neraka bagi
mereka tidaklah punya makna. Mereka tidak merasa fakir, mereka beramal bukan u ntuk
memperoleh kenikmatan dalam surga, dan juga bukan karena takut siksa neraka. Tetapi
semua yang dilakukan itu hanyalah semata-mata untuk mengagungkan dan dzikir kepada-
Nya, mendekat dan mengabdi kepada-Nya sebagai tugas setiap mahluk kepada penciptanya.
Maka setiap kecenderungan dan keberadaan mereka selalu terjalin dengan Allah, sehingga
terjadi hubungan yang erat dengan Allah.




7. Wahai hamba Allah, orang yang takut kepada Allah itu hanyalah orang yang berilmu.
Mereka adalah golongan orang-orang yang ketika bekerja adalah dengan ilmu, beramal dan
memahami apa yang diamalkan, mereka tidak mencari balasan dari Allah Yang Hak terhadap
apa yang dikerjakan, kecuali mereka hanya mengharap ridlo Allah dan bisa dekat dengan
Allah. Mereka menghend aki kecintaan, ikhlas, dan ter buka hijab yang mendindinginya.
Mereka menghendaki agar pintu-Nya tidak tertutup dihadapannya, dunia dan akherat.
Mereka tidak terlalu cinta hidup didunia juga diakherat, dan yang lain selain Allah. Dunia
untuk manusia, akherat untuk manusia, sedangkan Allah Al-Haq untuk orang beriman
semata, untuk o rang-orang yang bertakwa dan untuk orang-o rang arif yang selalu mencintai-
Nya, yakin dan khusuk di hadapan-Nya.




8. Sabda Nabi
: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Quran bagaikan buah jeruk,
harum baunya dan lezat rasanya. Adapun perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca
Al-Quran bagaikan buah kurma, tidak berbau tetapi manis rasanya.”
(Alhadits ± Khamsah)




9. Wahai hamba Allah, sang at beruntung o rang yang mengenal Allah Azza wa Jalla, dengan
kenikmatan-Nya dan menyandarkan semua urusannya kepada-Nya, membersihkan jiwanya
dari sebab-sebab, daya, dan kekuatannya. Orang berakal tidak memperhitungkan amalnya
untuk Allah, tidak mencari pahala atas perbuatan baiknya.




10. Marah jika dilandasi karena Allah adalah marah terpuji, tetapi jika karena terdorong oleh
yang lain berarti suatu marah yang tercela.
Orang mukmin itu marah karena Allah , bukan karena diri sendiri. Ia marah karena untuk
menolong agamanya, bukan untuk menolong diri sendiri. Ia mudah geram jika hukum-
hukum Allah dipermainkan, seperti kegeraman singa tatkala menerkam buruannya.




11. Wahai hamba Allah, apabila Islam tidak terdapat didalam jiwamu maka bagaimana iman bisa
tumbuh dalam jiwamu. Jika keimanan itu tidak terdapat dalam jiwamu berarti kamu tidak
punya keyakinan. Jika keyakinan tidak kamu miliki berarti kamu tidak punya kebaikan.
Inilah derajad yang tumbu h dalam jiwa. Jika Islammu murni maka murni pu la
penyerahanmu. Jadilah kamu orang yang menyerahkan diri kepada Allah meliputi
keberadaanmu, beserta memelihara hukum syarak. Serahkan jiwamu menurut kewajibannya,
per baikilah adab bersama-Nya dan mahluk-Nya. Janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri
atau orang lain, karena perbuatan aniaya itu menggelapkan hati, menggelapkan muk a dan
catatan amal. Janganlah kamu menganiaya atau menolong orang yang menganiaya.




12. Wahai orang yang berakal, bahwa kamu tak henti-hentinya membenci orang-o rang miskin
padahal kamu mengharap ridlo Allah. Maka tidak mungkin keridloan-Nya diberikan
kepadamu sebelum kamu menyukai orang-orang miskin dan menyukai kemiskinan. Dan jika
kamu membenci orang-orang miskin dan membenci kemiskinan tentu kamu akan
mempero leh kemur kaan-Nya.




13. Manusia yang hatinya tenang dan menjalankan perintah-Nya dengan istiqomah, maka
menyerupai malaikat bahkan mereka diber i tambahan berupa manzilah-manzilah. Mereka
dibekali dengan makrifat dan ber ilmu tentang Dia, sedang para malaikat menjadi pembantu
dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah
dituangkan dalam hati mereka. Maka, jika kamu ingin berpagut dengan manzilah-manzilah
mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam, setelah itu tinggalkan perbuatan dosa, baik
dosa lahir maupun batin, lalu bersikap warak, menerapkan zuhud didunia, baik terhadap yang
diperbolehkan atau yang dihalalkan, memperkaya diri dengan keutamaan Allah, berzuhud
dalam kefadhilahan-Nya, dan memperkaya diri dengan mendekati Allah. Apabila rasa
memperkaya diri telah nyata secara bersih niscaya keutamaan-Nya dicurahkan kepadamu,
dan pintu-p intu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rahmat, dan
pertolongan-Nya.

0 komentar